denting nada kehidupan seorang Pemimpi...

buat gw, kehidupan adalah misteri yang mempesona. yang menyimpan rahasia dari sang waktu, sampai akhirnya semua terhenti...

Kamis, 09 April 2009

bakat [???]

Ketika Tuhan menciptakan manusia, ia meniupkan ruh ke dalam seonggok daging di rahim ibu. Disertakan juga segala hal yang akan dibawa sang calon manusia sebagai bekal hidupnya di dunia. Hal-hal tersebut salah satunya adalah bakat. Thomas Alfa Edison pernah menyatakan bahwa, bakat itu 1% ilham dan 99% kerja keras. Ia sangat yakin akan hal itu, keyakinan yang pada akhirnya mengantar hidupnya pada kesuksesan.
Gue adalah salah satu contoh manusia yang menganut paham tersebut. Gue suka menulis, gue selalu berharap, bahwa gue memang berbakat dalam bidang ini. Sejak duduk di Sekolah Dasar, gue sangat suka menulis. Hingga ketika gue menuntut ilmu di Sekolah Menengah Pertama, gue ga berhenti menulis. Mading tak pernah absen dijambangi tulisan-tulisan gue. Baik dalam bentuk puisi, maupun cerpen. Di samping senang menulis fiksi, gue juga suka membuat tulisan-tulisan nonfiksi, karya ilmiah contohnya. Maka gue dengan senang hati mendaftarkan diri untuk mengikuti ekstrakurikuler Kelompok Ilmiah Remaja, sampai akhirnya gue terpilih jadi ketua KIR angkatan pertama di sekolah.
Keyakinan bahwa gue bisa menulis, membuat gue terus berkarya. Awalnya gue berpikir, ‘ah, ga penting hasilnya bagus atau ngga, yang penting gue nulis!’. Tapi ga tahu kenapa, belakangan ini ada yang sedikit mengusik pikiran gue. Ketika membaca tulisan-tulisan teman yang seumuran ama gue, gue jadi berpikir, ‘tulisan-tulisan yang terlahir dari tangan gue ga bagus’. Yang dibilang Thomas Alfa Edison bisa jadi emang benar. Bahwa bakat itu 1% ilham dan 99% kerja keras, tapi sepertinya, gue ga punya yang 1% itu meski mati-matian meraih yang 99%. Dengan kata lain, gue memang ga berbakat di bidang ini.
Ada niat untuk berhenti menekuni kegiatan yang sangat gue cintai ini. Tapi itu ga mungkin gue lakuin. Gue baru sadar, gue nulis bukan untuk dapat apa-apa. Bukan untuk dikomersilkan, bukan untuk jadi pameran, bukan untuk dapat pujian, tapi untuk mendapatkan ketenangan.
Gue menulis untuk diri gue sendiri. Tulisan-tulisan yang tercipta dari kepingan ide di otak gue adalah bentuk apresiasi terhadap setiap detik kehidupan yang gue jalani di dunia ini. Setiap kata yang terangkai membentuk sebuah cerita adalah ekspresi segala rasa kecewa, marah, bahagia, bangga, semua yang gue rasakan tertumpah jadi satu, tercampur, bersenyawa menjadi sebuah kisah yang kadang membosankan.
Ga percaya diri. Itulah problema terbesar yang belum mampu gue pecahkan. Tingkat kepercayaan diri gue memang ga bagus, masalahnya datang dari situ. Kalau kita aja ga percaya dengan kemampuan kita sendiri, gimana kita mau nunjukin sama orang lain kalau kita bisa? Itu sisi lain cara berpikir gue. Bisa aja gue menganut paham dari pernyataan tersebut, bahwa bagaimanapun, percaya diri bisa membuat kita dipercaya orang lain. Tapi gue ga bisa. Kekurangan yang belum bisa gue tutupi ya itu tadi, ga percaya diri. Sering kali ketidakpercayaan diri ini menjatuhkan gue ke dasar jurang kebodohan. Yang pada akhirnya membuat gue berhenti berkarya untuk beberapa saat hingga waktu yang sulit ditentukan. Tapi itu ga lama, gue akan menulis lagi ketika gue ga mampu menahan hasrat untuk menumpahkan segala apa yang ada di hati gue, di pikiran gue, semuanya tumpah ruah dalam tulisan-tulisan yang gue ciptakan.
Mungkin belum saatnya mengenalkan diri pada kata menyerah. Berjuang dan bertahan adalah dua hal yang bisa gue lakukan untuk saat ini. Setiap kerja keras yang dijalani dengan tulus ikhlas akan berbuah manis. Itulah yang berusaha gue yakini di waktu ini.

Label:

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda